Mak Ajah, sejak dulu banyak sekali membantu tetangga-tetangganya. Dulu, emak adalah seorang dukun beranak, tetapi kini ia berkeliling menawarkan jasa pijat dan tidak mematok harga.
Setiap kali memijat, Mak Ajah jarang mendapatkan bayar yang menentu.
“Ya, kadang 20 ribu, 30 ribu, ada juga yang bayar pakai beras…”, ucap Mak Ajah.
Mak Ajah juga menjadi kuli serabutan pada musim panen di sawah. Kalau musim panen tiba, Mak Ajah bisa dapat 40 ribu dan membeli kebutuhan sandang pangan untuk beberapa hari.
Bagi masyarakat setempat, Mak Ajah adalah orang yang berjasa karena sering menolong tetangga-tetangganya. Sehingga, mereka sering kali tidak tega membiarkan Mak Ajah dan Ani kelaparan. Walaupun, sebenarnya secara fisik Mak Ajah sudah tidak lagi sesehat dan sekuat dahulu,
“Saya sering menangis membayangkan kalau saya nanti nggak ada, siapa yang ngurus anak saya?”, isak Mak Ajah.
Meski tetangganya selalu baik kepada Mak Ajah. Tubuh Mak Ajah yang semakin tua tidak bisa berbohong, ia sering kali kecapekan dan jasanya mulai jarang digunakan.
Mak Ajah sering menangis putus asa membayangkan jika dirinya nanti tidak ada dan anaknya tidak ada yang merawat.
Mak Ajah ingin sekali memiliki pekerjaan sampingan dan modal usaha agar suatu hari anaknya bisa hidup secara mandiri.
Sahabat, ktia bantu wujudkan keinginan Mak Ajah yuk.
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik